发布时间:2025-05-19 19:33:10 来源:quickq咋样 作者:焦点
Orgasmebisa jadi salah satu tujuan saat bercinta. Tapi, ternyata masih banyak perempuan yang memalsukan orgasme mereka. Kokbisa?
Dokter dan seksolog Haekal Anshari mengatakan, orgasme palsu memang banyak dilakukan perempuan. Survei menunjukkan, hingga 40 persen perempuan memalsukan orgasme mereka selama hubungan seksual.
Namun, hal tersebut tak seharusnya dianggap sebagai kesalahan perempuan. Alasan di balik pemalsuan orgasme, sebut Haekal, sangat kompleks dan melibatkan banyak faktor, termasuk dinamika hubungan, tekanan sosial, dan ketidakpekaan pasangan terhadap kebutuhan perempuan saat bercinta.
"Kalau foreplaytidak optimal, perempuan tidak akan nyaman. Kadang-kadang laki-laki langsung 'hajar' saja. Kalau vagina belum cukup basah, itu akan terasa sakit," kata Haekal.
Permasalahan lain yang sering terjadi adalah ketidakseimbangan antara kecepatan orgasme pria dan perempuan. Banyak pria mencapai orgasme lebih cepat, sementara perempuan membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapainya.
"Laki-laki adalah makhluk yang gampang terangsang. Perempuan belum siap, mereka memaksa penetrasi. Bahkan ada masanya pria sudah orgasme, sementara perempuan belum, dan akhirnya keburu lemas," tambahnya.
![]() |
Ada beberapa alasan utama mengapa perempuan memalsukan orgasme. Berikut di antaranya.
Banyak perempuan merasa enggan menyampaikan bahwa mereka tidak mencapai orgasme. Mereka takut menyakiti perasaan pasangan atau membuat pasangan merasa tidak cukup baik di ranjang.
Beberapa perempuan memilih untuk berpura-pura orgasme untuk menghindari konflik atau diskusi yang dianggap tidak nyaman setelah bercinta.
Tekanan budaya yang menggambarkan orgasme sebagai puncak keberhasilan hubungan seksual juga menjadi salah satu alasan banyak perempuan memalsukan orgasme mereka.
Perempuan takut dianggap aneh atau tidak normal jika tidak orgasme.
Dalam beberapa kasus, perempuan memalsukan orgasme untuk mengakhiri sesi bercinta yang tidak menyenangkan atau terasa menyakitkan.
Lihat Juga :![]() |
Memalsukan orgasme mungkin tampak seperti solusi jangka pendek untuk menghindari masalah. Tetapi jika terus dilakukan, hal ini dapat menimbulkan dampak buruk, seperti berikut.
Jika hubungan seksual terus terasa tidak memuaskan atau menyakitkan, perempuan bisa kehilangan minat untuk bercinta.
Ketidakterbukaan dapat merusak kualitas hubungan dan membuat kedua pihak merasa tidak terpenuhi secara emosional dan fisik.
"Kalau terlalu sering terjadi, perempuan bisa merasa enggan bercinta. Oleh karena itu, komunikasi adalah kunci. Jangan saling menyalahkan, tetapi coba lah untuk saling memahami kebutuhan satu sama lain," kata Haekal.
(tst/asr)相关文章
随便看看