当前位置:首页 > 休闲 > 正文

Menteri PPPA: Banyak Orang Tua Tak Sadar Anaknya Korban Bullying

2025-05-29 04:50:01 休闲
Jakarta,quickq下载官方苹果 CNN Indonesia--

Kasus bullyingdi lingkungan sekolah masih menjadi persoalan serius di Indonesia. Ironisnya, banyak orang tuatidak menyadari bahwa anakmereka menjadi korban perundungan.

Menteri PPPA: Banyak Orang Tua Tak Sadar Anaknya Korban Bullying

Hal ini diungkapkan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi saat menghadiri peluncuran hasil penelitian kualitatif Pengalaman Hidup Anak dan Remaja di Tangerang, Banten, Senin (16/12).

"Banyak orang tua yang justru tidak sadar anak mereka jadi korban bullying," kata Arifah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pilihan Redaksi
  • Cegah Anak Terseret Bullying, Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua?
  • 50 Kata-kata Stop Bullying Singkat, Ajak Semua Lawan Perundungan
  • Siswa SMP di Surabaya Dibully 3 Tahun, Lapor Sekolah Malah Dibentak

Bentuk bullyingjuga semakin beragam, mulai dari verbal, fisik, hingga cyberbullyingyang semakin marak seiring perkembangan teknologi.

"Sayangnya, keterbukaan anak untuk berbicara tentang kejadian tersebut kepada orang tua kerap terhambat oleh kurangnya komunikasi dalam keluarga," kata dia.

Arifah memaparkan beberapa alasan mengapa banyak orang tua tidak menyadari anak mereka mengalami bullying. Berikut di antaranya.

1. Kurangnya komunikasi terbuka di dalam keluarga

Orang tua terkadang sibuk dengan pekerjaan sehingga kurang memiliki waktu untuk memahami perasaan anak. Anak pun enggan bercerita karena takut dimarahi atau merasa tidak akan didengar.

2. Anak merasa tak terlalu suka diatur

Pendekatan yang keras atau otoriter bisa membuat anak menjauh dan memendam perasaannya. Hal ini semakin membuat anak-anak tidak terbuka dengan apa yang mereka alami di sekolah.

3. Anggapan bahwa itu hanya 'bercanda'

ilustrasi orang tua dan anakIlustrasi. Beberapa faktor membuat orang tua tak tahu anaknya jadi korban bullying. (Istockphoto/ Fizkes)

Tidak sedikit orang tua mengabaikan cerita anak tentang bullying dengan menganggapnya sebagai perilaku wajar atau candaan semata.

Untuk mengatasi masalah ini, menurut Arifah, semua pihak perlu bekerja sama, baik orang tua, sekolah, maupun masyarakat. Orang tua harus aktif mendengarkan anak dengan pendekatan yang sesuai zamannya.

"Ciptakan suasana komunikasi yang nyaman sehingga anak merasa aman untuk bercerita tentang apa yang terjadi di sekolah," kata dia.

Selain itu, orang tua juga perlu memperhatikan perubahan perilaku anak. Misalnya, ketika anak menjadi lebih pendiam, cenderung menarik diri, mengalami penurunan prestasi akademik, atau memiliki luka fisik tanpa penjelasan jelas. Tanda-tanda ini bisa menjadi indikasi ada yang tidak beres terjadi padanya.

Lihat Juga :
Cegah Bullying, Orang Tua dan Guru Harus Punya 'Radar' yang Kuat

"Sekolah dan orang tua juga perlu saling bekerja sama menciptakan lingkungan yang aman bagi anak. Sekolah juga perlu memiliki mekanisme yang jelas dalam mencegah dan menangani bullying," jelasnya.

Perlu diingat bahwa tanggung jawab melindungi anak dari bullying bukan hanya milik sekolah, melainkan juga orang tua dan masyarakat. Semua pihak harus berperan aktif untuk menciptakan lingkungan yang aman dan sehat bagi anak.

"Komunikasi yang baik, keterbukaan, dan kepedulian bersama menjadi kunci agar kasus bullying tidak lagi membekas pada mental dan masa depan generasi muda," kata dia.

(tst/asr)

最近关注

友情链接